SURAT KAPAL ALI & NABILAH
Menyusun kata
suatu cerita,
Juragan dan
puteri ialah sebutannya,
Dalam Surat Kapal adat budaya
Juragan bernama Fitra Ali Alatas,
Seorang dokter
lagi cerdas,
Resep obat
mesti tulis di kertas,
Menangani pasien sampai tuntas
Hari hari sibuk bekerja,
Lupa berapa
sudah usia,
Belum terpikir
berumah tangga,
Karena karir dipikirkan juga
Seperti kebetulan tak terduga,
Di Rumah Sakit
tempat kerja,
Terlihat foto
dokumen lamaran kerja,
Siapakah gerangan wanita belia
Pertama bertemu acuh saja,
Meskipun sama
tempat bekerja,
Pada saat dinas
tugas bersama,
Pada kesempatan itu mulai bertanya
Masih ingat pertama bertemu,
Di Bulan April
dua ribu dua satu,
Masa orientasi
dokter baru,
Dokter Ali berlagak acuh tak acuh
Athaya Hanin Nabilah Fahsa nama putri,
Dokter muda
baru mengabdi,
Merasa
tertantang oleh dokter Ali,
Yang sikapnya dingin bikin kesal hati
Juragan Ali kesannya pendiam,
Padahal dihati
maksud terpendam,
Beda sifat
mestilah paham,
Jangan sampai salah paham
Sebagai dokter harus profesional,
Bisa bedakan
mana personal,
Karena ingin
lebih jauh mengenal,
Jadikan Nabilah teman spesial
Awal kenalan hanya beberapa kata,
Bicara lima
menit paling lama,
Kini suasana
sudah beda,
Lima jam tak cukup bercerita
Dokter Ali membuka diri,
Komunikasi
intens sekali,
Walau hal
pribadi ada saja terjadi,
Mestilah dihadapi dan dilalui
Waktu berlalu begitu saja,
Sampai tahun
baru dua ribu dua dua,
Juragan Ali
menemui orang tua Nabila,
Untuk meyakinkan hubungan mereka
Cinta bukan bual semata,
Mesti tunjukkan
aksi yang nyata,
Bulan Juli dua
ribu dua tiga,
Keluarga Ali datang mengantar tanda
Tuan Fadhil utusan keluarga,
Melamar dan
mengantar belanja,
Tuan Firdaus
berkenan menerima,
Berunding-runding menentukan acara
Ibarat bunga sudah diikat,
Jangan ada lagi
kumbang mendekat,
Sama menjaga
aturan adat,
Sampai waktunya resmi berakad
Satu Desember dua ribu dua tiga,
Akad nikah
dilangsungkan segera,
Jangan lagi
berlama-lama,
Nanti merajuk pula mereka berdua
Wahai kerabat sanak keluarga,
Yang di
Bangkinang dan sekitarnya,
Kita siapkan
kapal serta perlengkapannya,
Berlayar menuju ke Pekanbaru kota
Ayahnda Aliar Syam memberi arahan,
Apa yang
penting diutamakan,
Begitulah
karakter seorang pensiunan,
Profesi dosen beliau abdikan
Bunda Jamilah turut bahagia,
Perlengkapan
anak disiapkan semua,
Pakaian dan
makanan secukupnya,
Selama perjalanan tak ada kendala
Bang Alfadil seorang Pengacara,
Hobi membaca
apa saja,
Diangkat
menjadi Nakhoda,
Kapal berlayar sesuai rencana.
Abang bernama Aljamil Febriadi,
Hobi
Jalan-jalan kesana kemari,
Diangkat
menjadi juru Kelasi,
Pastikan kapal tertata rapi
Abang bernama Mhd Abduh Alqosori,
Hobi menonton
film berseri,
Diangkat
menjadi Juru Mudi,
Jalur pelayaran sesuai Misi
Adik bernama Rizki Alfira Siska,
Hobi memasak
apa saja,
Sediakan
makanan seadanya,
Penumpang pun tenang melepas selera
Kapal bertolak dari Bangkinang,
Haluan menuju
ke Pekanbaru,
Tempat
kelahiran selalu dikenang,
Kini bertemu melepas rindu
Wahai undangan dan jemputan,
Keluarga
Nabilah kami kenalkan,
Saudaranya saja
disebutkan,
Semoga terjalin silaturhmi berkekalan
Ayah bernama Mustafa Haris,
Seorang
Pensiunan PNS,
Rambut sudah
putih habis,
Orangnya ramah dan humoris
Bunda bernama Annisa,
Atur anggaran
untuk belanja,
Jalan-jalan pun
sudah direncana,
Ternyata duet tak cukup juga
Adik bernama Muhammad Naufal Nabil Fahsa,
Status masih
seorang mahasiswa,
Hobi bermain
game laga,
Tunda dulu skripsi Teknik Sipilnya
Adik bernama Athiyah An’umillah Mazaya Fahsa,
Senang
berorganisasi mahasiswa,
Membaca novel
juga hobinya,
Kadang lupa tugas kuliah
Wahai undangan jemputan sekalian,
Kedua pengantin
sudah dipelaminan,
Doa restu kita
mohonkan,
Semoga keduanya dalam kebahagiaan
Wahai pengantin di pelaminan,
Hidup bagaikan
ombak samudera,
Untuk sampai ke
pantai harapan,
Jadikan amal sebagai bahtera
Demikian Surat kapal diperiksa,
Lengkap sudah
dokumennya,
Kita akhiri
cerita Ali dan Nabilah
Menjadi
kenangan sepanjang masa.
Pekanbaru, 1
Desember 2023
Pengarang : Al
Ichsan