PERAHU JONGKONG
Oleh : Mailiswin / Penilik Kebudayaan Kecamatan Rengat
Perahu " Jongkong " dalam kehidupan sosial masyarakat kampung di sepanjang sungai Indragiri Hulu merupakan wujud kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia tempo dulu. Hasil karya ini merupakan sebuah perahu dengan lambung perahu yang cukup dalam, dibentuk sedemikian rupa, sehingga mempunyai bentuk yang kas dan memiliki nilai keindahan.
Kata "Jongkong" dalam dialek Melayu Rengat Indragiri Hulu diartikan "Dalam", maksudnya lambung perahu tersebut dalam.Perahu Jongkong yang dikenal masyarakat Melayu Rengat adalah perahu yang berlambung "dalam", dengan panjang perahu kira-kira 8 - 10 meter, dan lebar ruangan bagian tengah 80 - 100 cm, pada bibir lambung memanjang permukaan selebar kira-kira 20 cm serta pada haluannya diberi ukiran bermotif kepala binatang, seperti ukiran kepala buaya, kepala ular, ikan dan sebagainya. Pada kemudinya diberi motif ukiran seperti paku-pakuan, dan muatan perahu ini kira-kira untuk 20 orang serta digunakan untuk sarana transportasi dan membawa hasil bumi masyarakat.
Sejak bila penduduk melayu Rengat sepanjang sungai Indragiri mengenal perahu Jongkong dan membuatnya serta mungkin pula dipacukan oleh masyarakat, tidak dapat ditunjukkan dengan suatu tahun atau masa yang pasti, namun bersumber dari syair / senandung lama yang tetap lestari sampai saat ini.
Anak ulat dibongkol kayu
Anak Belande main teropong
Boso dolat Raje Melayu
Kapal betunde perahu Jongkong
Pada syair tersebut dimungkinkan perahu ini telah ada dimasyarakat melayu Rengat dan sekitarnya pada zaman kesultanan Indragiri. Dari data-data yang dikumpulkan bersumber dari pengrajin perahu Rengat, orang-orang tua, masih terasa bahwa sinopsis perahu Jongkong ini bukanlah sesuatu yang final, maka penelitian lebih lanjut masih perlu agar aspek-aspek yang lain dapat diperdalam dan diperluas sehingga lebih melengkapi karya budaya yang dimiliki oleh perahu Jongkong Rengat Indragiri Hulu.
Rengat, 20 Syawal 1421 H
Sketsa Perahu Jongkong