MELESTARIKAN SENI BUDAYA MELAYU RENGAT INDRAGIRI

Sabtu, 05 April 2014

Pengalaman Penyair Surat Kapal

PENGALAMAN 
Al Ichsan K Alinoni, Penyair Surat Kapal

Bakat seorang penyair sudah ada sejak kecil. Pada masa usia Sekolah Dasar sangat menyenangi kegiatan-kegiatan lomba seni budaya terutama seni sastra, sampai pada masa pendidikan di SMAN 1 Rengat tahun 1985 – 1988 mengikuti kegiatan seni teater sekolah dibawah asuhan sastrawan/budayawan alm. Idrus Tintin.

Menjadi penyair dan pengarang surat kapal tidak terlepas dari bakat warisan keturunan ayahnda alm Kaharuddin Alinony sebagai penyair dan pengarang Surat Kapal pada masa hidupnya. Pada masa-masa kuliah tahun 1989 – 1993, sudah sering diminta untuk membacakan syair Surat Kapal  pada acara pernikahan Melayu dan juga mengikuti lomba-lomba membaca syair pada Event atau Festival Seni Budaya, baik di tingkat Kabupaten, Propinsi maupun Nasional. Pada masa-masa itu pula lebih mendalami bagaimana pola menyusun dan mengarang Surat Kapal secara sistimatis, sesuai dengan kaedahnya.

Setelah mengambil pengalaman dengan penyair-penyair lama Surat Kapal yang ada di Rengat Indragiri ( sebagian besar sudah wafat ), dapat satu kesimpulan bahwa mengarang Surat Kapal tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang nyata saat itu dan susunan Surat Kapal antara lain ; ada bagian mukadimah, isi cerita serta pengenalan calon pengantin dan keluarganya, nasehat-nasehat, doa dan penutup. 

Dalam upaya melestarikan tradisi bersyair Surat Kapal sampai akhir dunia modern terkembang luas, Penyair ingin mewariskan kepada anak cucu keturunan nantinya, disamping harapan besar juga kepada perhatian dan dukungan Pemerintah Daerah maupun Lembaga Adat Melayu untuk mengembangkannya lebih luas.

Rengat, 23 Maret 2014

SURAT KAPAL DAN FILOSOFINYA

SURAT KAPAL DAN FILOSOFINYA
oleh : Al Ichsan K Alinoni


ayuerlinablog.wordpress.com telah copas utuh 100% artikel  tanpa IZIN dan tanpa menyebutkan sumber artikel dari blog: batangterendam.blogspot.com, maka saya publikasi ulang :


Surat Kapal adalah rangkaian seloka (puisi Melayu klasik) berupa syair dan pantun,  yang di dalamnya berisikan cerita tentang pertemuan jodoh dua insan sampai pada mahligai berumah tangga, pengenalan pribadi saudara-saudara dekat pengantin, nasehat agama, doa serta harapan dalam kehidupan berumah tangga.

Surat Kapal dikarang oleh penyair-penyair Melayu Indragiri khususnya di wilayah Rengat dan sekitarmya, dengan data dan fakta yang diperoleh secara rahasia dari keluarga, karib kerabat dekat calon kedua pengantin, sehingga apa yang didengar oleh halayak ramai pada hari langsung pernikahan itu benar dan nyata, meskipun ada diselingi dengan kata-kata humor/senda gurau dan fiksi/imajinasi hayalan, Maksud dari penceritaan dalam syair itu adalah untuk memperkenalkan kepada halayak ramai, kaum kerabat dan mempererat tali silaturahim antara dua keluarga.

Surat Kapal gabungan dari dua kata, yaitu Surat dan Kapal. Surat adalah surat jalan atau dokumen izin pelayaran, dan Kapal adalah kapal laut. Jadi, Surat Kapal adalah surat atau dokumen jalan untuk kapal laut yang akan berlayar.

Dalam kaitan kondisi sosial budaya Melayu Indragiri tempo dulu, sarana transportasi sungai maupun laut seperti kapal menjadi sarana transportasi utama untuk membawa penumpang dan angkutan barang, karena masyarakat Melayu Indragiri pada umumnya hidup di wilayah-wilayah  sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Indragiri.

Secara filosofis mengapa dimaknai Surat Kapal  adalah " bahwa kehidupan di dunia  ini ibarat mengarungi lautan yang sangat luas dan dalam, maka untuk berlayar supaya selamat menuju pantai harapan yaitu  kebahagiaan yang hakiki, sangat perlu menyiapkan kapal yang besar dan kokoh yang dinamakan Amal Sholeh atau Kebajikan."

Syair Surat Kapal dibacakan dengan suara atau irama yang khas setelah pengantin laki-laki duduk bersanding bersama pengantin perempuan di pelaminan, yang mana sebelumnya Miniatur Kapal yang dihias indah sebagai symbol bahtera rumah tangga tersebut diarak-arak bersama pengantian laki-laki beserta rombongan menuju ke rumah (bandar) pengantin perempuan.

Syair Surat Kapal menjadi sastra Melayu Indragiri yang masih bertahan keberadaannya dengan logat Melayu Rengat Indragiri. Disamping itu karya sastra ini tergolong dalam sastra lama karena masih mengikuti pola seloka (puisi Melayu klasik) berupa syair dan pantun berisikan pepatah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau. Namun belum diketahui tahun yang pasti pertama kali diadakannya tradisi bersyair surat kapal tersebut  dalam adat istiadat perkawinan masyarakat Melayu Rengat Indragiri. 

Menilik kepada sejarah kebudayaan Melayu, masyarakat telah mengenal irama Syair Selendang Delima yang populer dalam cerita bangsawan di semenanjung Malaya, dimana  syair - syair karya Ali Haji seperti syair Hukum Nikah, syair Abdul Muluk dan Gurindam, telah menjadi inpirasi penyair dalam menyusun sebuah cerita. Syair-syair itu tidak hanya sebatas kemerduan suara dan keindahan susunan kata-kata, tetapi sampai pula kepada kandungan maknanya yang dalam dan Islami. Oleh karena itu, warna karya-karya sastra tersebut barangkali pula menjadi  sumber inspirasi bagi penyair Indragiri dalam menyusun syair Surat Kapal dalam adat perkawinan masyarakat Melayu Rengat Indragiri, yang pada masa - masa dahulunya ditulis dalam bentuk tulisan Arab Melayu ( tulisan jawi)  

Pada kenyataannya di zaman modern ini, Surat Kapal tidak hanya dibacakan pada acara adat perkawinan, namun telah dipergunakan pula sebagai media untuk menyampaikan pesan atau nasehat pada acara-acara sosial budaya lainnya. Mungkin ini merupakan salah satu cara untuk melestarikan dan mengembangkan tradisi syair Surat kapal, karena budaya ini dipandang telah dapat memberikan tata nilai yang Islami dalam hubungan sosial, disamping sebagai hiburan yang sehat.

                                                           
Rengat, 2 Mei 2012