SURAT KAPAL DAN
FILOSOFINYA
oleh : Al
Ichsan K Alinoni
ayuerlinablog.wordpress.com telah copas utuh 100% artikel tanpa IZIN dan tanpa menyebutkan sumber artikel dari blog: batangterendam.blogspot.com, maka saya publikasi ulang :
Surat Kapal adalah rangkaian seloka (puisi Melayu klasik) berupa syair dan pantun, yang di dalamnya berisikan cerita
tentang pertemuan jodoh dua insan sampai pada mahligai berumah tangga,
pengenalan pribadi saudara-saudara dekat pengantin, nasehat agama, doa serta
harapan dalam kehidupan berumah tangga.
Surat Kapal dikarang oleh penyair-penyair Melayu Indragiri khususnya di wilayah
Rengat dan sekitarmya, dengan data dan fakta yang diperoleh secara rahasia dari
keluarga, karib kerabat dekat calon kedua pengantin, sehingga apa yang didengar
oleh halayak ramai pada hari langsung pernikahan itu benar dan nyata, meskipun
ada diselingi dengan kata-kata humor/senda gurau dan fiksi/imajinasi hayalan, Maksud dari penceritaan dalam
syair itu adalah untuk memperkenalkan kepada halayak ramai, kaum kerabat dan
mempererat tali silaturahim antara dua keluarga.
Surat Kapal
gabungan dari dua kata, yaitu Surat dan Kapal. Surat adalah surat jalan atau dokumen izin pelayaran, dan Kapal adalah kapal
laut. Jadi, Surat Kapal adalah surat
atau dokumen jalan untuk kapal laut yang akan berlayar.
Dalam kaitan kondisi sosial budaya Melayu Indragiri tempo dulu, sarana
transportasi sungai maupun laut seperti kapal menjadi sarana transportasi utama
untuk membawa penumpang dan angkutan barang, karena masyarakat Melayu Indragiri
pada umumnya hidup di wilayah-wilayah sepanjang
Daerah Aliran Sungai (DAS) Indragiri.
Secara filosofis mengapa dimaknai Surat Kapal
adalah " bahwa kehidupan di dunia ini ibarat mengarungi lautan yang sangat luas dan dalam, maka untuk berlayar
supaya selamat menuju pantai harapan yaitu kebahagiaan
yang hakiki, sangat perlu menyiapkan kapal yang besar dan kokoh yang
dinamakan Amal Sholeh atau Kebajikan."
Syair Surat Kapal dibacakan dengan suara atau irama yang khas
setelah pengantin laki-laki duduk bersanding bersama pengantin perempuan di
pelaminan, yang mana sebelumnya Miniatur Kapal yang dihias indah sebagai symbol
bahtera rumah tangga tersebut diarak-arak bersama pengantian laki-laki
beserta rombongan menuju ke rumah (bandar) pengantin perempuan.
Syair Surat
Kapal menjadi
sastra Melayu Indragiri yang masih bertahan keberadaannya dengan logat Melayu Rengat
Indragiri. Disamping itu karya sastra ini tergolong dalam sastra lama karena
masih mengikuti pola seloka (puisi Melayu klasik) berupa syair dan pantun berisikan pepatah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau. Namun belum diketahui tahun
yang pasti pertama kali diadakannya tradisi bersyair surat kapal tersebut dalam adat istiadat perkawinan masyarakat Melayu
Rengat Indragiri.
Menilik kepada sejarah kebudayaan Melayu, masyarakat telah mengenal irama Syair
Selendang Delima yang populer dalam cerita bangsawan di semenanjung Malaya, dimana
syair - syair karya Ali Haji seperti
syair Hukum Nikah, syair Abdul Muluk dan Gurindam, telah menjadi inpirasi
penyair dalam menyusun sebuah cerita. Syair-syair itu tidak hanya sebatas kemerduan
suara dan keindahan susunan kata-kata, tetapi sampai pula kepada kandungan
maknanya yang dalam dan Islami. Oleh karena itu, warna karya-karya sastra tersebut
barangkali pula menjadi sumber inspirasi
bagi penyair Indragiri dalam menyusun syair Surat Kapal dalam adat perkawinan
masyarakat Melayu Rengat Indragiri, yang pada masa - masa dahulunya ditulis dalam bentuk tulisan Arab Melayu ( tulisan jawi)
Pada kenyataannya di zaman modern ini, Surat Kapal tidak hanya dibacakan pada
acara adat perkawinan, namun telah dipergunakan pula sebagai media untuk
menyampaikan pesan atau nasehat pada acara-acara sosial budaya lainnya. Mungkin
ini merupakan salah satu cara untuk melestarikan dan mengembangkan tradisi
syair Surat kapal, karena budaya ini dipandang telah dapat memberikan tata
nilai yang Islami dalam hubungan sosial, disamping sebagai hiburan yang sehat.
Rengat, 2 Mei 2012