MELESTARIKAN SENI BUDAYA MELAYU RENGAT INDRAGIRI

Senin, 22 Juni 2015

BUSANA ADAT PERKAWINAN MELAYU DAN FILOSOFINYA



BUSANA ADAT PERKAWINAN MELAYU INDRAGIRI DAN FILOSOFI
YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA

Oleh : Hj. M U R N  I , AMa

PENGANTAR

Orang melayu mengatakan, kalau menjemput ada maksudnya, kalau mengantar ada niatnya, seperti kata pantun :

Sudah lame bertanam terong
Daunya rindang lambai melambai
Sudah lama niat terkandong
Kini baru hajat kite sampai

Niat dan maksud itu adalah bahwa kita telah dijemput oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Riau untuk mengikuti Workshop Tata Cara Adat Busana Melayu Riau tahun 2012 ini. Karena itu kami mengucapkan terimakasih yang tulus dan kita berharap apa yang akan kita bicarakan dalam workshop ini dapat  menjadi sumber informasi yang berharga bagi kita dalam upaya mengembangkan dan melestarikan budaya Melayu Riau.

Kita yang datang dari berbagai daerah/ kabupaten, menyambut baik atas kebijakan-kebijakan yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Riau, sebagai upaya bersama untuk melestarikan adat dan tradisi masyarakat melayu, termasuk dalam hal busana melayu yang menjadi bagian dari budaya masyarakat melayu itu sendiri.

Adapun tema materi yang kami sampaikan adalah “ BUSANA PERKAWINAN MELAYU INDRAGIRI DAN FILOSOFI YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA.” Di dalam pemaparan ini kami akan lebih memfokuskan pada Tata Busana Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Indragiri dalam kawasan Rengat dan sekitarnya, mengingat budaya ini masih ada dilaksanakan sampai sekarang, disamping kawasan Rengat itu merupakan pusat pemerintahan kerajaan dahulunya.


MATERI PEMBAHASAN

Kata “ busana “ berasal dari bahasa sansekerta “bhusana”. Dalam bahasa Indonesia terjadi pergeseran arti “busana” menjadi “padanan pakaian”. Namun demikian pengertian busana dan pakaian merupakan dua hal yang berbeda. Busana adalah segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Busana ini mencakup busana pokok, pelengkap (aksesoris) dan tata rias. Sedangkan pakaian adalah bagian dari busana yang tergolong pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh.

Apabila kita menyebut perkawinan, maka kita berbicara keseluruhan yang berkaitan dengan adat dan tradisi, mulai dari tata laksana upacara adat, tata rias pengantin dan busana, sampai pada  penataan peralatannya.
Adat dan tradisi yang berkaitan dengan “busana pengantin melayu Indragiri” dimaksud adalah dimulai dari persiapan perkawinan yaitu pada sore hari selesai acara Mengukus sampai dengan hari Berkunjung setelah selesai perhelatan perkawinan.

Penjelasan kegiatan tradisi dalam hubungannya dengan Busana dan filosofinya dapat dikelompokkan dalam pembahasan sebagai berikut :

A.      ADAT DAN TRADISI YANG BERKAITAN DENGAN TATA BUSANA DAN HIASAN

1.      Mengukus.

Hari mengukus adalah hari dimana kaum keluarga memasak pulut, merebus telur merah untuk membuat tabak besar dan kecil.

Calon pengantin perempuan berpakaian kebaya harian, panjang ataupun pendek, dengan memakai kain sutera tenunan Indragiri.

Pada sore hari mengukus itu, calon pengantin perempuan “Bertangas”, yaitu mandi uap dengan asap air rebusan wangi-wangian seperti daun pandan, daun serai wangi, bunga-bunga, setanggi, agar calon pengantin perempuan wangi dan harum. Caranya adalah menutup badan calon pengantin dengan gulungan tikar.

2.      Berandam

Berandam adalah mencukur bulu rome bagian wajah dan tengkuk pengantin perempuan dan pengantin laki-laki agar wajah terlihat bersih. Berandam dilaksanakan di rumah masing-masing pengantin.

Maksud berandam adalah memelihara dan membentuk kecantikan lahir batin bagi calon pengantin perempuan dan pengantin laki-laki.

Makna yang terkandung adalah membersihkan dari daki dunia dan daki akhirat, yang hakekatnya membersihkan daki hati. Disamping itu sebagi simbol dalam rangka persiapan diri calon pengantin  menjadi perempuan  dan laki-laki yang sempurna lahir batin  untuk menjadi ibu rumah tangga dan pemimpin keluarga yang sejati.                               
                                                    
Alat perlengkapan berandam disiapkan oleh Mak Andam dan pembantunya, terdiri dari :

a.      Bahan-bahan Tepung Tawar;
1)      Beras
2)      Beras putih yang sudah ditumbuk menjadi tepung, kemudian dicampur dengan sedikit air
3)      Daun perenjis/penepuknya, yaitu daun sitawar, daun sidingin dan daun tanduk rusa.
4)      Satu buah mangkuk untuk tempat air tepung tawar.
5)      Semangkuk kecil beras kunyit.
6)      Bunga rampai, yaitu campuran bunga-bunga dan irisan daun pandan untuk pewangi.

b.      Seperangkat alat berandam:

1)  Kain putih sekabung (2 yard), disebut kain andam yang bermakna kesucian dan kebahagiaan.
2)   Sepiring pulut putih dengan makna yang dipersatukan oleh satu ikatan sebati dalam rumah tangga.
3)      Sepiring pulut kuning bermakna kesuburan dan kesehatan jasmani dan rohani.
4)      Sebutir telur ayam rebus, bermakna halus wajah dan budi pekerti.
5)      Benang putih satu gulung kecil bermakna tali kasih yang berkekalan.
6)    Tebu bermakna kehidupan makin lama makin meningkat dan jangan habis manis sepah dibuang.
7)      Kelapa bermakna nikmatnya hidup berumah tangga kekal selama-lamanya.
8)    Sirih  bermakna keikhlasan hati, menaikkan seri cahaya ke wajah serta membangkitkan semangat.
9)      Temu Lawak bermakna beningnya wajah dan rendah hati.
10)  Gula merah bermakna bermanis-manis dan dikasihi orang ramai.
11)  Telur ayam mentah bermakna benih siap untuk dibenihi.
12)  Air putih satu mangkok bermakna kesejukan, pembersih diri lahir batin.
13) Gunting dan perapian bermakna pensucian, membuang dan membakar hal-hal yang jahat. Perapian adalah tempat bara untuk membakar setanggi.
14)  Lilin Lebah bermakna sedang mekar.
15) Pisau cukur lipat bermakna membuang segala yang kotor, memotong segala yang menghalangi dan memutus segala yang kusut.
16)  Poho untuk meletakkan segala alat berandam.

Berandam dilaksanakan oleh Mak Andam pada pagi hari ketika matahari  mulai naik. Hal ini dimaksudkan agar seri  calon pengantin perempuan naik dan tuanya akan memancar, lahiriyahnya bersih berseri-seri dan batiniyahnya suci terpuji, seperti dalam ungkapan :

Cahaya sampai kemuka
Seri sampai kehati
Tuah sampai ke negeri

c.       Busana Waktu Berandam :

Bagi calon pengantin perempuan :

a.      memakai kain tenunan sutera (setoqhe) , ikat kain biasa lipat depan
b.      Baju kebaya panjang atau pendek
c.       rambut disanggul pakai ulang-ulang
d.      dan memakai selendang kelingkan ( sulaman dari benang kelingkan)

Bagi calon pengantin laki-laki :

a.      memakai kain tenunan sutera (setoqhe) , ikat kain biasa lipat depan
b.      Baju kurung melayu
c.       Kopiah hitam 

Acara berandam dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:

a.      Menyelimutkan kain putih kebadan calon pengantin.
b.      Melilitkan benang putih sebanyak 7 kali lilitan ke calon pengantin.
c.     Menurunkan anak rambut pada dahi calon pengantin dan di tengah-tengah anak rambut diambil panjang dan dipotong 3 kali dengan tiap-tiap potong dibacakan shalawat Nabi.
d.      Merenjiskan tepung tawar pada calon pengantin.
e.      Menggolek-golekkan telur rebus kemuka calon pengantin.
f.        Memberi makan sirih (sekapur sirih)
g.      Berandam dimulai dengan diiringi pukulan Gebane


Menawar Sirih dengan ungkapan :

Sirih secarang kuning
Pinang setangkai muda
Si Anu... memakai siambang kuning
Seri naik kemuka
Bukan tengguli yang manis
Seri yang manis
Bukan seri yang manis
Si Anu yang manis
Pandang anak manusia
Berkat kalimah laa ilaa haillallah.


Berandam mulai dengan menawar pisau lipat, dengan ungkapan :

Tawar Batang sitawar
Tige batang kelam mace
Diujung tawar dipangkal tawar
Aku menawar sekalian bise
Masuk sekalian tawar
Keluar sekalian bise
Bise datang diujung rongga
Bise keluar di jemali
Kabul mustajab ajaran doa guru,
Serta tajam doa aku
Berkat kalimah Laa ilaa haillallah
Muhammadur rasuulullah.

Maknanya yang terkandung adalah ;

Percantik pengantin perempuan,
Membersihkan wajah dan diri serta hati
Pelicinkan muka untuk menghadap hidup baru
Agar pisau yang digunakan tidak berbise jika luka,
Bise menawarkan sekalian bise.


Tawar Pemanis :

Gale pisang gale
Pisang manis didade dulang
Muhammad togak serta Allah,
Si Anu ... yang manis dipandang orang
Cahaye Allah naik ke muke
Cahaye Muhammad turun ke tubuhnya
Berkat kalimah Laa ilaa haillallah

Selesai berandam, Mak andam memberi makan kepada calon pengantin barang-barang yang sudah disediakan diatas poho seperti : pulut, telor, gula merah, kelapa dan tebu. Setelah memberi makan Mak andam berdoa :

Semoga Allah Swt melimpahkan karunia dan rahmatnya bagi yang berandam serta dijauhi dari bencana serta beroleh keharuman nama di dunia dan akhirat, amiin yaa robbal ‘aalamin.

3.      Mengantar tabak

Utusan dari keluarga calon pengantin perempuan mengantar tabak ke rumah calon pengantin laki-laki pada sore hari setelah berandam. 
                 
Calon pengantin laki-laki duduk di atas tilam dengan berpakaian baju kurung melayu dengan kain sutera setengah tiang, memakai kopiah.

Maknanya adalah  pemberitahuan bahwa malam nanti akan diadakan acara khatam quran dan memohon kepada calon pengantin laki-laki datang lebih awal.

Selanjutnya mengantarkan tabak beserta bingkisan ke rumah guru mengaji. Maksudnya untuk mengucapkan terimaksih kepada guru yang telah membimbing / mengajar membaca Al Quran dengan baik.

4.      Bertomat ( khatam quran)

Khatam Quran dilaksanakan pada malam akad nikah, setelah calon pengantin laki-laki tiba di rumah calon pengantin perempuan.

Khatam Quran yang dilakukan oleh calon pengantin perempuan didampingi oleh guru yang mengajarinya mengaji dan dua orang sahabatnya yang sebaya. Mereka berpakaian kebaya lengan panjang, kain sutera, marhamah, selendang kelingkan untuk tudung kepala. Mereka duduk di atas tilam didepan tabak dengan latar belakang pelaminan.

  
Acara khatam Quran dihadiri dan disaksikan oleh calon pengantin laki-laki yang duduk di ruang tengah dengan berpakaian baju Melayu ( teluk belanga), kain sutera setengah tiang, kopiah hitam dengan hiasan. Calon pengantin didampingi dua orang laki-laki sebaya dengan berpakaian Baju melayu lengkap dan biasanya dengan motif yang sama.

Pelaksanaan khatam Quran terdiri dari :

a.      Calon pengantin perempuan membaca surat-surat pendek yang dimulai dari surat Dhuha sampai dengan surat Al Fatihah.
b.      Membaca surat Al Baqarah, dimulai ayat pertama ( alif lam mim sampai dengan ayat 5, kemudian dilanjutkan membaca ayat Kursi dan surat Al Baqarah ayat 163 sampai dengan 255.
c.         Dilanjutkan dengan pukulan gebane 1 pasal.
d.         Membaca doa pendek
e.         Membaca Hadits Nabi
f.          Membaca Rahmatullah
g.         Membaca Syahdan
h.         Diakhiri membaca doa panjanfg sebagai penutup.

Berkhatam Quran bermakna sudah menamatkan pelajaran membaca (mengaji) kitab suci Al Quran.  Ada juga melakukan khatam quran ini secara khusus dan ada pula acara yang dikaitkan dengan upacara lainnya, seperti Sunat Rasul dan sebagainya. Semuanya menunjukkan bahwa yang berkhatam quran itu sudah menamatkan Al Quran atau mengaji dan siap mengarungi kehidupan di dunia ini untuk mencari bekal ke alam  kekal.

Upacara berkhatam Quran yang dilaksanakan dalam rangkaian upacara perkawinan bermakna bahwa pengantin perempuan yang akan hidup berumah tangga itu sudah dilengkapi pula dengan pengetahuan keagamaan, sebagai salah satu persyaratan untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Makna lainnya menunjukkan  bahwa keluarga  perempuan adalah keluarga yang kokoh dalam melaksanakan ajaran agama, dan orang tuanya sudah berusaha memberikan pengetahuan agama kepada anaknya itu, sesuai dengan ungkapan adat yang mengatakan “ Kalau duduk suruh mengaji, kalau tegak suruh bertanya”,


Hal ini ditegaskan lagi dalam Pantun Nasehat:

Dari kecil cincilak padi
Sudah besar cincilak padang
Dari kecil duduk mengaji
Sudah besar tegak sembahyang.

Di akhir acara Khatam Quran, calon pengantin perempuan menyerahkan Tabak kepada Guru Ngaji sebagai ungkapan terimakasih telah membimbing dalam pemahaman dalam membaca ayat-ayat suci Al Quran.

Setelah selesai rangkaian acara Khatam Quran maka calon pengantin perempuan didampingi Guru Mengaji dan Mak Andam masuk ke bilik pengantin ( kamar pengantin) untuk istirahat dan mendengarkan ijab kabul.

5.       Akad nikah/ Ijab kabul

Akad nikah merupakan acara sakral atau acara inti dari tradisi adat perkawinan. Pelaksanaan akad nikah dipimpin oleh Khadi (KUA atau Petugas Pencatat nikah), sedangkan yang mengakadkan atau mengijabkabulkan pernikahan itu dilakukan langsung oleh orang tua calon pengantin perempuan sendiri.

Pakaian calon pengantin laki-laki sama saat mengikuti /menyaksikan acara khatam quran, namun kain sutera patut ditukar dengan kain lain dan  jika ada perhiasan emas pada kopiah patut dilepaskan.


Jalannya upacara :

Khadi bersama orang tua ( Bapak calon Pengantin perempuan) terlebih dahulu menanyakan kepada calon pengantin perempuan, apakah ia setuju dinikahkan dengan calon pengantin laki-laki tersebut.

Menanyakan hal ini dilakukan didalam bilik calon pengantin perempuan. Setelah calon pengantin perempuan setuju, maka ijab Kabul dilanjutkan, dengan acara sbb:

a.         Pembacaan ayat suci Al Quran.
b.         Pembacaan Khutbah Nikah.
c.         Pelaksanaan Ijab Kabul
d.         Pembacaan sighat Ta’lik, yaitu perjanjian akad  oleh pengantin laki-laki.
e.         Penyerahan mahar oleh pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan.
f.          Pengantin Laki-laki dan perempuan menyembah (menyalami) kedua orang tua pengantin perempuan dan orang-orang tua yang patut dalam keluarga.
g.         Pengantin laki-laki dituntun oleh Mak Andam masuk ke bilik pengantin perempuan untuk istirahat dan bersiap-siap untuk mengikuti acara Cecah Inai.


6.      Cecah Inai

Setelah ijab Kabul, kedua pengantin disandingkan dengan berpakaian sebagaimana pakaian sewaktu berkhatam dan ijab Kabul atau dapat ditukar dengan pakaian melayu motif lain yang sudah disiapkan untuk pelaksanaan acara  Cecah Inai.

Cecah inai adalah mencecahkan inai di telapak tangan kedua pengantin yang dilakukan dan diawali oleh orang yang patut-patut seperti penguasa adat, pemuka masyarakat, dan diteruskan  oleh keluarga tedekat, serta kaum kerabatnya, dalam jumlah ganjil. Pada hakekatnya cecah inai tersebut adalah memberikan doa restu kepada kedua pengantin untuk kebahagiaan rumah tangga mereka.
  

Cara memberikan cecah inai :

a.         Merenjiskan tepung tawar
b.         Mencecahkan inai ketelapak tangan kedua pengantin.
c.         Menaburkan beras kunyit.

Makna yang terkandung di dalamnya adalah:

a.         Tepung tawar bermakna semoga rumah tangganya sejuk, rukun dan damai.
b.         Inai   bermakna perekat kasih sayang, kasih sayang yang berkekalan.
c.         Beras kunyit bermakna semoga rezekinya meningkat.

Setelah upacara cecah  inai selesai, maka selesailah acara akad nikah ini, selanjutnya dihidangkan jamuan makanan. Selesai makan minum, pengantin laki-laki bersama rombongan kembali ke rumahnya dan dibekali semangkok kecil inai  untuk pengantin laki-laki berinai besar di rumahnya.

7.      Berinai besar

Menurut tradisi, berinai besar dilakukan di rumah masing-masing pengantin pada malam yang sama.

Maksud memakai inai ;

Maksudnya menolak bala
Menjemput Seri ke langit
Membawa cahaya ke bumi
Menutup alam lama
Membuka alam baru, dan
Membuka alam rumah tangga.

Berinai besar di rumah pengantin perempuan dilaksanakan setelah acara cecah inai selesai, dan pengantin laki-laki serta rombongan pulang ke rumahnya.

Berinai besar dilakukan oleh Mak Andam didalam bilik /kamar pengantin. Dalam pelaksanaan berinai, pengantin berbaring di tempat yang disediakan, dan disaksikan oleh orang tua (Ibu) serta keluarga dan sahabat-sahabat yang terdekat.

Bagian tubuh yang diberi inai adalah:

a.      Kedua telapak tangan ,
b.      Kedua telapak kaki,
c.       Jari-jari tangan dan jari-jari kaki.
d.  Kuku jari-jari tangan dan kuku jari-jari kaki ditutup dengan lilin madu agar ada perbedaannya, yaitu kuku tetap putih dan telapak tangan dan kaki merah kena inai.

Bahan-bahan Inai besar adalah :
a.      Nasi untuk perekat,
b.      Asam kandis,
c.       Teh
d.      Jeruk nipis.

Makna yang terkandung dalam berinai besar :

Memakai inai ditangan;
Merahnya merah  pemanis,
Merah penolak hantu setan,
Merah tanda dalam anyir,
Tidak dapat digamang-gamang, dan
Tidak boleh kaki berjalan jauh,
Sebab
Tanda diri dalam ikatan,
Tanda kasih hendak ditanam,
Tanda seri naik  ke muka,
Seri pelangi elok manis.
Inai dikuku inai pemanis,
Inai telapak tangan penjaga diri

Inai ditelapak kaki;
Inai tanda akan jauh berjalan
Jauhnya masih dapat dipanggil
Jauhnya sejengkal tingkat pelamin
Serta
Bala
Untuk
Pendinding dinding diri
Tak jauh karena gamang
Tak tergelicik karena lincin
Tak tercoreng dibatang tumbang

Inai keliling telapak tangan dan tapak kaki
Inai pemalut malut diri
Tanda diri putih suci
Tanda bunga belumlah layu

Inai pada jari kaki
Inai pembangkit seri dibumi
Seri menambal keseluruh badan
Membawa tuah dan untung
Untuk duduk berumah tangga


Menginai ibu jari, tidak egois
Menginai jari telunjuk, tanda suka
Menginai jari tengah, tidak penakut
Menginai jari manis, suka yang baik-baik saja
Menginai jari kelingking, kuat sosialnya


8.      Hari langsung / Hari berarak

a.      Pada hari langsung di rumah pengantin perempuan diadakan acara Barzanji, yaitu Hadral Maulud Nabi Muhammad SAW dari pagi sampai dengan menjelang zuhur.
b.      Setelah sholat zuhur, kedua pengantin berdandan berpakaian pengantin:

1)  Pengantin perempuan berpakaian kebaya melayu tenunan sutera, yaitu tenunan asli Indragiri dengan motif Tolak Berantai dan Pucuk Rebung.
2) Cara memakai kainnya dikerut  sisi kanan dan kirinya, baik pengantin perempuan maupun pengantin laki-laki
3) Cara memakai kain pada acara khatam Al Quran dan Cecah Inai, bagi pengantin perempuan adalah dengan cara dikerutkan sisi kiri dan kanan kain dengan puncenya di depan dan bagi pengantin laki-laki memakai setengah tiang, dilipat di depan dengan puncenya  di belakang.
4) Perempuan memakai sanggul melintang yang dibuat dari pelepah pisang, memakai ulang-ulang (daun pandan dan bunga-bunga) dengan diberi sunting yang terbuat dari Gim

c.       Sementara  pengantin perempuan berdandan, rombongan penjemput berangkat menuju ke rumah pengantin laki-laki. Rombongan penjemput terdiri dari beberapa orang tua laki-laki, perempuan serta anak-anak remaja untuk membawa:

Tepak sirih       : 1 buah
Sirih besar       : 1 buah
Lilin susun        : 6 buah
Bungkusan       : 1 buah
Payung             : 1 buah

d.      Rombongan penjemput tiba dirumah pengantin laki-laki dan dijamu dengan makanan dan minuman. Setelah selesai pengantin laki-laki berdandan dan bersiap untuk berangkat kerumah pengantin perempuan, pengantin laki-laki melakukan salam sembah kepada kedua orang tuanya memohon doa restu. Rombongan yang akan berarak diiringi dengan pukulan gebane.


Susunan iring-iringan sbb:
1)      Barisan pertama      :  Miniatur Kapal yang sudah dihias.
Bagi  keturunan Bangsawan/ Raja menggunakan simbol Burung Cenderawasi.
2)      Barisan kedua          : Sirih Besar
3)      Barisan ketiga          : Lilin madu, dua baris
4)      Baris keempat          : Pengantindan gading-gading membawa payung dan
kopor pakaian.
5)      Baris kelima             : Rombongan pemukul Gebane dan keluarga serta kaum
kerabat

e.    Di halaman rumah pengantin perempuan,pengantin laki-laki disambut dengan pencak silat, sementara pengantian perempuan telah duduk lebih dahulu di pelaminan

f.   Setelah pencak silat selesai, pengantin laki-laki dipersilahkan masuk dengan diiringi shalawat Nabi dan ditaburi beras kunyit. Pengantin laki-laki menuju ke pelaminan melalui hamparan kain panjang untuk titian hingga sampai ke pelaminan dan duduk bersanding dengan pengantin perempuan.

g.  Pembacaan Surat Kapal yang berisi selayang pandang kisah pertemuan jodoh kedua pengantin, pengenalan kerabat keluarganya, nasehat, harapan dan doa.
Menurut tradisi pernikahan anak keturunan Bangsawan / Kerajaan,  yang dibacakan adalah Surat Cenderawasi.

h.  Mak Andam memasang lilin-lilin tabak, dan memandu acara makan suap-suapan pengantin dengan diiringi Gebane.


i.        Setelah makan suap-suapan, para tamu undangan dipersilahkan makan bersama.
j.        Acara hari langsung selesai


9.      Makan nasi hadap-hadapan

Acara makan nasi hadap-hadapan adalah salah satu rangkaian upacara pernikahan menurut adat melayu Indragiri yang dilaksanakan pada saat makan malam, setelah selesai hari langsung pesta pernikahan. Orang tua pengantin laki-laki diminta hadir ke rumah pengantin perempuan untuk makan nasi hadap-hadapan.

Pada hakekatnya acara makan nasi hadap-hadapan adalah merupakan suatu pertemuan selaturahim antara kedua orang tua dan ahli waris kedua pengantin, karena  menurut adat pada hari langsung pernikahan tersebut kedua orang tua pengantin laki-laki tidak hadir mengikuti rombongan dan menyaksikan putranya bersanding dengan pengantin perempuan. Begitu juga pada acara sebelumnya ketika pengantin laki-laki pergi kerumah pengantin perempuan mengadakan acara bertomat/ khatam Quran dan ijab Kabul, kedua orang tua pengantin tidak hadir.

Urutan acara :

a.      Kedua pengantin disandingkan di pentas pelaminan diiringi dengan pukulan Gebane.
b.      Setelah selesai pukulan Gebane atas izin orang tua pengantin laki-laki bersama pengantin perempuan masuk kamar berganti pakaian untuk mengikuti acara makan nasi hadap-hadapan, dan  pengantin perempuan tetap di dalam kamar, diatas tempat tidur.
c.  Hidangan lauk pauk serta kue yang sudah ditata atau dihias dengan baik dan indah sehingga menambah selera untuk menyantapnya. Makanan diletakkan diatas poho, yaitu talam berkaki yang terbuat dari kuningan.
d.    Pengantin laki-laki duduk sehidangan bersama bapaknya dan mertuanya. Sedangkan ibu dan ibu mertuanya dihidangkan lain.
e.      Anggota keluarga yang ikut makan nasi hadap-hadapan adalah:
1)      Pengantin laki-laki
2)      Kedua orang tua pengantin laki-laki
3)      Kedua orang tua pengantin perempuan
4)      Keluarga terdekat, dan
5)      Orang-orang yang dianggap patut
f.       Makan didahului oleh pengantin laki-laki, yang piring makannya diatas Semborit, diikuti oleh kedua orang tua pengantin kedua belah pihak dan yang lainnya.
g.      Selesai makan bersama, acara ditutup dengan pembacaan doa selamat.
h.     Poho serta isinya lauk pauk, dan penganan diangkat kedalam kamar untuk disantap oleh pengantin perempuan.
i.       Setelah selesai semuanya makan, pengantin laki-laki masuk ke bilik/kamar dituntun oleh Mak Andam pertanda acara selesai.

10.  Mandi di ghambat dan main suruk-surukan

Setelah selesai acara makan nasi hadap-hadapan, diadakan upacara mandi. Kedua pengantin mandi ditempat yang telah disediakan dan kedua pengantin saling bersiram-siraman. Dalam acara ini menunjukkan agar keduanya bisa lebih saling mengenal, yang pada dahulunya jarang bertemu.
                                                          
Acara mandi ini ditunggu oleh Mak Andam. Setelah selesai mandi pengantin berganti pakaian. Pengantin perempuan diselimuti dengan kain Goboh oleh Mak Andan dan dituntun masuk ke bilik untuk berpakaian kebaya harian. Setelah keduanya selesai maka pengantin perempuan disurukkan diantara ibu-ibu dan nenek-nenek dengan berselubung kain pelekat yang dikucut diatas kepalanya. Sementara pengantin laki-laki tidak boleh melihat dimana isterinya berada, dan masih didalam kamar.

Pengantin laki-laki diminta mencari-cari yang mana isterinya diantara kumpulan itu. Apabila terpegang yang bukan isterinya, maka ia harus mencari sampai bertemu. Apabila sudah bertemu, maka pengantin laki-laki langsung menggendong dan dibawa masuk kamar pengantin dan keduanya istirahat dan tidur.

Pagi-pagi setelah sholat subuh, pengantin laki-laki pulang kerumah orang tuanya dengan maksud untuk melihat orang tuanya yang sebelumnya tidak pernah berpisah. Setelah lebih kurang tiga jam dirumah orang tuanya, pengantin laki-laki pulang kembali ke rumah isterinya.

11.  Mengantar nasi

Pada ke esokan harinya pihak orang tua pengantin laki-laki mengantar sehidangan nasi lengkap dengan lauk pauknya ke rumah pengantin perempuan untuk kedua pengantin. Antaran nasi ini berlangung selama 3 hari berturut-turut yang biasanya pada sore hari.
Adapun makna yang terkandung di dalamnya adalah bahwa selama  tiga hari tersebut pengantin laki-laki itu hanya berdiam di rumah, belum keluar rumah mencari untuk mencari penghidupan/rezki. Disamping itu masih ada rasa malu, sungkan untuk mencari makanan di rumah mertua selama dalam kurun waktu tersebut.

Oleh sebab itu pihak orang tua pengantin laki-laki mengambil perhatian untuk anaknya tersebut dan masih merasa bertanggung jawab atas keadaan rumah tangga anaknya yang baru menempuh hidup baru.



12.  Menyembah

Dalam acara menyembah dilaksanakan dua hari setelah hari langsung/pesta. Malam menyembah adalah pengantin laki-laki membawa pengantin perempuan ke rumah orang tua pengantin laki-laki.

Pasangan pengantin memakai baju tenunan sutera, kain betabuh, tolak rantai. Dipinggangnya dililitkan selendang sutera dengan bersilang didada dan disisipkan dibelakang.
              
Setelah sampai di rumah pengantin laki-laki, pengantin perempuan disambut oleh pihak (Mak Andam) pengantin laki-laki. Selendang sutera tersebut dibuka / diambil, kemudian duduk ditempat sanding dan ditabuhkan gebane.

Setelah bersanding, kedua pengantin diantarkan ke bilik/kamar untuk berganti pakaian Teluk Belange lengkap atau baju kurung melayu lengkap, sedangkan pengantin perempuan berpakaian kebaya  dan memakai tudung kepala kelingkan.
             
Sementara pengantin bertukar pakaian, tuan rumah menyuruh membuka pulut tabak tingkat bawah untuk dijadikan kue jamuan malam menyembah. Sedangkan tabak tingkat atas untuk para Pemuka Adat dan Kepala Desa. Ini dinamakan Meroboh Tabak dan para jemputan disuguhkan makanan.

Setelah pengantin selesai berpakaian, keduanya didudukkan diatas tilam yang beralaskan kain sutera yang disebut kain Goboh dan dilanjutkan dengan bacaan doa.

Pelaksanaan menyembah dimulai dari kedua pengantin datang memberi salam sembah kepada kedua orang tua laki-laki, datuk nenek, paman-paman, saudara dari pengantin laki-laki, dengan duduk bersusun.

Setelah kedua pengantin duduk kembali diatas tilam, maka para keluarga dekat lainnya datang memberikan salam dan doa restu.  serta bingkisan kepada kedua pengantin berupa uang dalam amplop. Pemberian bingkisan tersebut dimaksudkan untuk membantu pengantin laki-laki yang selama tujuh hari tidak diperbolehkan bekerja, maka uang dan bingkisan itulah yang dinamakan rezeki pertama dalam berumah tangga.

Setelah acara menyembah selesai, kedua pengantin dan rombongan pulang ke rumah pengantin perempuan. Segala bingkisan dan uang yang diperoleh dibawa pulang, lalu  dihitung bersama-sama  dan diserahkan kepada pengantin perempuan untuk dapat dipergunakan.

13.  Berkunjung/ bermalam di rumah suami

Setelah dilaksanakan malam menyembah, maka pada ke esokan harinya kedua pengantin pergi tidur ke rumah orang tua suami selama dua hari dua malam. Kedua pengantin didampingi seorang perempuan dari pihak isteri dalam melakukan kunjungan tersebut.

Penjemputan dari pihak pengantin laki-laki dilakukan setelah sholat zhuhur. Orang yang menjemput adalah paman atau orang yang dituakan dari pihak laki-laki.

Kedua pengantin berpakaian melayu/baju kurung melayu, sedangkan pengantin perempuan berpakaian kebaya, kain tenunan sutera, tudung kepala kelingkan dan selendang sutera, yang dipersiapkan oleh pihak pengantin perempuan.
  
Keluarga pengantin perempuan mempersiapkan perbekalan berupa nasi dan lauk pauk. Hal ini dinamakan Membawa Bekal.

Rombongan para penjemput membawa keduanya dan minta izin kepada orang tua pengantin perempuan dan terlebih dahulu kedua pengantin menyembahnya dan semua keluarga yang hadir.

Setelah selesai menginap di rumah orangtua laki-laki, kedua pengantin pulang kerumah orang tua isterinya. Keesokan harinya kedua pengantin melakukan kunjungan ke rumah-rumah keluarga pihak pengantin perempuan.

Pada acara berkunjung ini, selain mendapat doa restu, kepada pengantin diberikan juga bingkisan oleh keluarga yang dikunjungi.
Beberapa makna yang terkandung dalam berkunjung sbb:

a.      Pengenalan dari kedua pengantin kepada ahli warisnya.
b.      Sebagai pengakuan bahwa pengantin laki-laki secara ikhlas dapat diterima oleh keluarga pengantin perempuan. Demikian sebaliknya, pengantin perempuan dapat diterima oleh pihak pengantin laki-laki dengan segala kekurangannya dan kelemahannya.

B.      BUSANA PERKAWINAN DAN HIASAN

Apabila kita menyebut pengantin Indragiri, maka berarti kita berbicara keseluruhan yang berkaitan dengan keindahan hiasan, mulai dari  tata rias pengantin sampai pada pakaian dan aksesorisnya yang khas. Begitu pula penataan tempat dan peralatan adat yang ada di ruangan rumah sampai ke dalam bilik/kamar, sehingga pengantin dapat disebut Raja Sehari.

1.      Tata rias dan busana

Tata rias meliputi :
a.      Pakaian pengantin dari kain sutera tenunan Rengat, Indragiri ada yang disebut kain Betabo, kain Pucuk Rebung, kain Tolak Berantai, kain Temangon, dll, dengan warna dominan merah hati.
b.      Pengantin sudah melalui acara-acara sebelumnya, misalnya di andam untuk membuat wajahnya cantik, memakai celak mata, pemerah bibir dengan memakai sirih.
c.       Pakaian pengantin laki-laki :

Baju Kurung Teluk Belange sutera,  Memakai seluar (celana panjang sutera) yang pinggangnya disambung dan bertali, memakai kain sutera setengah tiang, sebilah keris melayu terselip di depannya, memasang Combol Bulat dari perak dipasangkan di pinggang samping kanan, hiasan di kepala memakai Loco/Desto (dester) dan diatas telinganya di pasang Jurai/Gonjai. Bahan warna dan motifnya sama dengan pakaian pengantin perempuan.

Loko terbuat dari rotan atau sekarang dapat dibuat dari kain yang dijahit, diberi kapas dan dibentuk seperti Mahkota, yang melambangkan sholat lima waktu. Selembar daun emas/perak dan gonjai berjurai sebanyak 7 jurai, yang melambangkan 7 lapis bumi dan 7 lapis langit. Bunga 2 tangkai melambangkan Allah SWT dan Muhammad Saw.

Perlengkapan lainnya adalah :

-            Duko ; hiasan leher 3 sekawan.
-            Rantai ringgit/paon
-            Kalung/ rantai asmara
-            Sunting kecil kiri dan kanan
-            Keris
-            Bunga genggam yang dibalut dengan saputangan sutera.
-            Kasut atau sandal tertutup bagian depan.

Kain model ikat Joho, dipasang setengah tiang ( diatas lutut dan dikedut kiri dan kanan dan puncanya atau kepala kainnya dipasang dibelakang. Bagian pinggang diikat dengan kain, yang disebut bengkung selebar 3 jari, ditutup dengan Pending (tali pinggang dari emas atau perak).

Telapak tangan, telapak kaki, jari tangan dan jari kaki sudah dimerah Inai, dan sebelah tangannya (kanan) menggenggam bunga berbalut sapu tangan  sutera, yang disebut Sirih Genggam.

d.      Pakaian pengantin perempuan :

Pengantin perempuan sebelum berhias atau berbusana pengantin, terlebih dahulu dilakukan Bertangas ( mandi uap air wewangian ) dan rambut memakai ulang-ulang.
Pakaian pengantin baju kebaya dari bahan dasar kain sutera tenunan Rengat Indragiri dengan motif Tolak Berantai dan Bunga Betabo ( bertaburan dengan benang emas), sedangkan kainnya diseragamkan, baik dasar warna dan motifnya dengan baju kebaya tersebut.

Ikat kainnya adalah ikat kain Joho sampai kebatas tumit kaki, bagian kiri kananya dikedutkan dan puncenya ( kepala kainnya) di depan. Pada pinggang  ( diatas baju kebaya) dipasang ikat pinggang (pending) dari emas atau perak.

Hiasan kepala memakai sanggul melintang yang diberi kelopak pisang. Caranya adalah :

-   Rambut disisir kebelakang (tanpa sasak) diikat erat-erat, tinggi sampai di atas telinga.
-  Memasang ulang-ulang pada ikatan rambut dibagi dua, diikat kearah kanan dan kiri sampai menutup kelopak pisang dan sanggul dengan ujungnya menjurai sampai kepundak.
-  Memasang penekan anak rambut di dahi dan disusun kuntum melati/bunga melur, memasang Kap rambut dan ditusukkan bunga sunting besar ditengah sanggul, kemudian dikiri kanan diberi sunting bunga kecil.
-   Memasang bunga sisip berjumlah ganjil, dipasang di kiri kanan sunting besar sampai penuh dan dibentuk seindah mungkin.
-  Memasang tampuk sanggul dan di kiri kanan dipasang sunting kecil berjurai, sekaligus berfungsi sebagai anting anting.
-  Memasang Duko bertingkat tiga atau lima, rantai ringgit (paon) dan rantai asmara pada leher.
-  Tangan dan kaki memakai gelang, cincin dijari, pending dipinggang, kasut atau sandal. 
            
e.     Telapak tangan, telapak kaki, jari tangan dan jari kaki sudah dimerah Inai, dan sebelah tangannya (kanan) menggenggam bunga berbalut sapu tangan  sutera, yang disebut Sirih Genggam. 
                                                                                 
2.      Ruangan

Rumah dihiasi tabir keliling berwarna merah, kuning, hijau. Pada posisi yang diinginkan dibuat pontas tempat bersanding  (pontas mini). Masa zaman Raja-Raja dahulunya, pontas ini dibuat sebagai tempat tidurnya.

Jumlah anak tangga pontas dan hak gunanya sbb:

a.      Sultan, pontasnya 7 anak tangga,
b.      Anak Sultan, 5 anak tangga dan apabila anak Sultan ingin 7 anak tangga harus minta izin terlebih dahulu kepada Sultan,
c.       Raja, pontasnya 5 anak tangga,
d.      Encik, pontasnya 3 anak tangga,
e.      Orang-orang kebanyakan, pontasnya 2 anak tangga.

Didepan pontas dibuat potirane untuk tempat bersanding. Di kiri kanan pontas dipasang Tabir Panjang Lurus ( kain kelambu), di keliling atas dipasang tabir pendek, di depan pontas dipasang tabir panjang (besar) yang diberi nama Tabir Gulung, yaitu jika siang hari digulung ( sanggul) dan malamnya dilepas.


Di pontas dilengkapi dengan Bantal Bertokat, Kelopai, serta semacam ampaian tempat memajang kain tenunan Indragiri, yaitu :

-          Kain Betabo; bunga-bunga bertaburan
-          Kain Tolak Berantai; bunga bersambung-sambung
-          Kain Goboh; kain lepas untuk mandi dan alas duduk
-          Kain Corak temangon; kain tiga warna yaitu merah, kuning dan hijau.

Didepan pentas sebelah kiri terdapat peralatan pontas seperti Tabak dengan segala perhiasannya, Tepak sirih berisi lengkap dibalut dengan sapu tangan sutera, Miniatur Kapal yang berisi kain panjang dan alat lainnya, sirih besar yang dihias, Kotak sirih (Pokak) yang dibalut dengan sapu tangan sutera, lilin yang sudah disusun di tempat lilin dari kuningan, dan Poho pengantin.

3.         Bilik/Kamar Pengantin.

Menurut aslinya, dahulu bilik pengantin menyatu dengan pontas. Didepan pontas ada tabir besar/panjang yang membatasi pontas dengan peralatan pontas seperti Tabak dan lainnya. Tabir dapat dibuka sehingga terlihat pontas dan dapat ditutup kembali. Jadi tabir besar/panjang tersebut berfungsi sebagai dinding bilik/kamar pengantin dengan ruangan rumah.


C.      BENTUK BUSANA DAN MOTIF

1.      Bentuk Busana

1)  Baju Teluk Belanga sutera dan Kebaya sutera serta kain sutera dilipat setengah tiang dengan pilihan bentuk kain antara lain ; kain tolak berantai dengan motif melati berpunce pucuk rebung , kain betabo dengan motif bunga tanjung berpunce pucuk rebung, dan kain temangon motif pelangi berpunce bunga tanjung.  
                                            
  Busana sutera ini khusus dipakai pada acara :

a.      Hari langsung/hari berarak
b.      Menyembah, dan
c.       Makan nasi hadap-hadapan.

2)   Baju Kurung Melayu Teluk Belanga biasa atau bentuk Cokek Musang dan Kebaya  Melayu serta kain sutera yang berbeda-beda motif seperti tersebut diatas, dan lain-lain.
                                   
                                     
 Busana seperti ini dipakai pada acara :

a.        Mengukus.
b.        Berandam
c.        Khatam Al Quran, dengan tambahan busana kepala memakai Marhamah, Selendang Kelingkan.
d.        Cecah Inai
e.        Berinai besar
f.          Suruk-surukan
g.        Berkunjung              
                                  
2.      Motif Kain Sutera

Sutera merupakan serat protein alami yang dapat ditenun menjadi kain. Sutera bertekstur mulus, lembut, namun tidak licin. Rupanya berkilauan yang menjadi daya tarik sutera berasal dari struktur seperti prisma segitiga dalam serat tersebut yang membolehkan kain sutera membiaskan cahaya pada berbagai sudut. Karena itu kain sutera lembut dipandang mata.

Dalam memakai kain sutera terkandung arti perlambangan yang sakral dalam setiap coraknya. Dalam satu kain sutera, meskipun warna dasarnya dominan merah hati, namun terdapat motif, warna paduan dan perlambangan yang berbeda sehingga menghasilkan corak yang indah.

Perlambangan motif yang terdapat dalam kain sutera antara lain :

a.      Motif bunga melati melambangkan kesucian, keaggungan dan sopan santun.
b.      Motif bunga tanjung melambangkan keramah tamahan.
c.   Motif pucuk rebung melambangkan keberuntungan, harapan baik dalam setiap langkah hidup.   

      
PENUTUP

Penulis berharap kiranya apa yang telah dipaparkan sesuai dengan permasalahan budaya yang dihadapi saat ini, semoga hasil yang disampaikan dapat bermanfaat.

Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam paparan materi  ini mohon dimaafkan, karena keterbatasan kemampuan kami dalam menulis dan menyampaikannya.

Ucapan terimakasih kepada penyelenggara dan peserta atas perhatian dan partisipasinya, semoga Allah senantiasa memberkahi usaha kita bersama.


Rengat, 29 Mei 2012



BIODATA PENULIS


NAMA                                 : Hj. MURNI

TEMPAT / TGL LAHIR     : RENGAT, 6 AGUSTUS 1946

AGAMA                              : ISLAM

PEKERJAAN                      : - PENSIUNAN PNS – GURU
                                               - KEPALA TK. ANNISA KP. BESAR SEBERANG

ALAMAT                            : KAMPUNG BESAR SEBERANG RENGAT


Sumber Informasi/data :


[1] H. Mazlan Majid. BA ( Tokoh masyarakat Melayu), Syarifah Asyikin ( Guru Mengaji), Mardi HS . S.Pdi (Tokoh Masyarakat), H. Bahtaram.Ib ( Pemerhati Adat Istiadat Melayu).
Terima Kasih Telah Berkunjung
Judul: BUSANA ADAT PERKAWINAN MELAYU DAN FILOSOFINYA
Ditulis Oleh batangterendam.blogspot.com
Jika mengutip harap berikan link DOFOLLOW yang menuju pada artikel BUSANA ADAT PERKAWINAN MELAYU DAN FILOSOFINYA ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatian anda

Tidak ada komentar: